Starter kit: 7 hal yang perlu disiapkan buat kerjaan UX writer pertama kamu

Starter kit: 7 hal yang perlu disiapkan buat kerjaan UX writer pertama kamu

Transisiku ke UX writing banyak trial and errornya. Biar transisimu lebih smooth, ini 7 hal yang bisa bantu!

Feb 25, 2025

UX Writing

Career Growth

Karen Priyanka

Pertama kali aku kenal UX writing, transisiku cukup berantakan. Aku benar-benar gak paham UX itu apa. Mungkin biar lebih jelas, sebelum jadi UX writer aku kerja sebagai store operations.

Sekarang, peran ini sudah lebih dikenal dan peluang jadi UX writer pun lebih banyak di Indonesia dan luar negeri, mulai dari bisnis UMKM, startup, sampai korporat.

Tentu, ada banyak tantangan di awal perjalanan karir sebagai UX writer. Tapi justru itulah yang membuat transisiku makin seru. Dari pengalaman pribadiku, inilah 7 tantangan yang pernah aku hadapi dan mungkin juga bakal kamu alami:

  • Tantangan 1: Aku awam banget UX writing itu perannya apa?

  • Tantangan 2: Aku ragu apakah skill aku cocok untuk UX writing?

  • Tantangan 3: Aku gak tau UX writer kerjanya gimana, toolsnya apa?

  • Tantangan 4: Aku gak familiar industri, produk, dan usernya seperti apa?

  • Tantangan 5: Aku perlu kerja bareng siapa? Apalagi aku solo waktu itu.

  • Tantangan 6: Aku boleh pakai gaya sendiri atau ngikutin guideline?

  • Tantangan 7: Tau dari mana copy yang aku buat sudah pas atau belum?

Baiklah, sekarang coba aku share solusinya satu per satu, ya.

Solusi tantangan 1: Pahami peran dan ekspektasinya

Tantangan 1: Aku awam banget UX writing itu sebenarnya perannya apa?

Jadi, UX writer itu kerjanya ngapain, sih? Gampangnya, menulis untuk user experience. Misalnya, saat kamu pertama kali buka aplikasi belanja terus disambut dengan kalimat seperti ini:

“Baru pertama ke sini? Banyak kejutan menanti!”

Ini adalah salah satu hasil kerja UX writer. Di saat kamu mengalami kendala di aplikasi, misalnya ketika lagi cari barang belanjaan, terus muncul kalimat seperti ini:

“Kata kunci yang kamu cari gak ketemu. Silakan cek ejaannya atau coba kata kunci lainnya.”

Ini sering juga UX writer yang menulis teksnya, dan bantu kamu menemukan solusinya.

Solusi tantangan 2: Kuasai skill UX writing

Tantangan 2: Aku ragu apakah skill aku cocok untuk UX writing?

Yang paling penting adalah bisa menuangkan ide dalam tulisan yang jelas dan sesingkat-singkatnya. Pada dasarnya, kalau kamu sudah bisa menulis rapi, terlepas medianya mau itu untuk pesan chat, email, atau presentasi, artinya kamu sudah punya bekal utamanya UX writer!

Ditambah kalau kamu bisa copywriting dan/atau content writing, bertambah juga poin plusnya untuk jadi UX writer. Kedua peran ini memang beda dengan UX writing, tapi banyak miripnya kok. Setidaknya kamu sudah punya skill menulis secara profesional. Tinggal lebih dilatih lagi aja supaya tulisannya berorientasi ke UX. Orientasi UX ini mengacu pada prinsip dasar seperti berikut:

  • Kontekstual: Teksnya harus nyambung sama situasinya user.

  • Singkat: Teksnya perlu dibuat ringkas, gak bikin user mikir ekstra.

  • Interaktif: Ajak usernya ngobrol, bukan sekadar memberikan instruksi.

  • Konsisten: Kurangi hal yang perlu diingat user dengan menjaga konsistensi pada kosa kata.

  • Fungsional: Pastikan setiap teks punya tujuan dan membantu user ke tujuan itu.

Tertarik memulai karir di UX writing? Simak rekaman Content Design Bootcamp dari Warung Copy!

Selain prinsip itu, ada panduan yang perlu diikuti biar tulisanmu sesuai dengan apa yang dirasakan user (tone of voice). Ada pun elemen lain di luar teks yang perlu diperhatiin saat menulis, seperti visual, tata letak, susunan informasi (IA), sampai jumlah karakter, supaya tulisanmu selaras dengan desainnya.

Solusi tantangan 3: Ngerti cara pakai tools UX

Tantangan 3: Aku gak tau UX writer kerjanya gimana, toolsnya apa?

Tools yang umum dipakai UX writer adalah word document dan spreadsheet. Selain itu, kamu juga dianjurkan untuk bisa pakai tools lain seperti Confluence, JIRA, Miro, atau Trello. Tools ini sering dipakai untuk kerja bareng tim lain, di antaranya designer, researcher, engineer, dan product manager.

Yang gak kalah penting, kamu juga perlu belajar cara pakai design tools seperti Figma, Sketch, atau Adobe XD, karena tools ini juga dipakai hampir setiap harinya untuk membuat konten di layar aplikasi atau website.

Solusi tantangan 4: Kenali industri, produk, dan user

Tantangan 4: Aku gak familiar industri, produk, dan usernya seperti apa?

Idealnya, perusahaan tempat kamu kerja sudah punya dokumen-dokumen terkait latar belakang perusahaan, produk, dan usernya, dan biasanya tersimpan dalam 1 dashboard di dalam platform seperti Confluence atau Google Drive.

Di dashboard ini, biasanya tersimpan hasil riset untuk mengenal siapa target usernya, masalah yang mereka hadapi saat menggunakan produkmu, termasuk kompetitor perusahaanmu.

Untuk mengenal produknya, cara paling ideal adalah dengan mencobanya sendiri. Misalnya e-commerce, kamu bisa mulai mengamati proses belanjanya dan halaman apa aja yang kamu lewati. Kalau untuk B2B, mulailah cari tau proses dan istilah yang sering muncul di produk kompetitor.

Terakhir, kenali jargon-jargonnya. Dunia UX punya jargon sendiri, begitu pun dunia product development dan engineering, seperti backlog, sprint grooming, staging, MVP, GMV, A/B testing, wireframe, dan lainnya. Ini adalah jargon yang sering dipakai pas lagi diskusi.

Solusi tantangan 5: Pelajari cara kolaborasi sama tim

Tantangan 5: Aku perlu kerja bareng siapa? Apalagi aku solo waktu itu.

Sebagai UX writer, teman dekat kamu adalah designer, product manager, researcher, dan engineer. Kadang bisa juga sama marketing, legal, CS, dan/atau ops.

Hal ini bisa beda-beda tergantung struktur perusahaan dan projectnya, tapi yang penting buat dicatat adalah posisi UX writer itu berada di antara banyak tim, mulai dari tim di dalam maupun luar naungan UX.

Umumnya, kamu akan sering kerja bareng tim UX dan Product. Sebelum meluncurkan produk baru, tim Product akan mengikuti proses yang namanya product development cycle. Ini adalah sejumlah diskusi tentang langkah-langkah membuat produk mulai dari versi mentah sampai siap dirilis ke publik.

Kalau tim kamu sudah punya alur kerja yang terstruktur (workflow), tinggal kamu ikutin aja. Catat kapan kamu harus terlibat dan timeline yang sudah ditetapkan untuk bikin copy.

Solusi tantangan 6: Pahami content guideline

Tantangan 6: Aku harus menulis pakai gaya sendiri atau ngikutin guideline?

Kalau perusahaan kamu sudah punya content guideline, bagus! Kamu bisa mulai pelajari isinya dan mulai membiasakan diri menulis dengan gaya yang sesuai. 

Kalau perusahaanmu belum punya guideline tersebut, maka kamu perlu proaktif mengedukasi tim kamu pentingnya untuk menyiapkan guideline ini. Ajaklah teman satu tim untuk bantu menyelesaikan inisiatif ini.

Perlu panduan untuk membuat content guideline? Simak materinya Warung Copy tentang Designing Style Guides for UX Writers!

Membuat content guideline ini pasti akan butuh waktu dan tidak mudah, tapi pasti akan jadi sebuah dokumen yang sangat berguna dalam menjaga clarity, character, dan consistency dalam penulisan di produk kamu.

Solusi tantangan 7: Uji dan validasi kerjaanmu

Tantangan 7: Tau dari mana copy yang aku buat sudah pas atau belum?

Pelajari terus prinsip-prinsip UX dan best practicesnya, karena yang membedakan UX writer dengan jenis penulis lainnya adalah tingkat pemahaman seseorang tentang prinsip UX.

Dari waktu ke waktu, cobalah minta bantuan researcher untuk dapetin insights tentang masalah-masalah yang dihadapi users. Kamu pun bisa proaktif mengajak mereka untuk melakukan copy research, baik itu dengan cara AB testing, highlighter testing, mapun metode lainnya. 

Research itu metode yang paling tepat untuk memvalidasi apakah tulisan kamu sudah versi yang terbaik atau belum. Plus, research ini bisa dilakukan secara internal juga kok, gak selalu harus sama users (eksternal) tapi bisa juga sama tim kamu langsung (internal).

Pelajari metode UX Research for UX Writers langsung dari tim UXnya Halodoc!

Terakhir, meskipun cukup banyak hal-hal yang perlu dipelajari untuk tumbuh sebagai UX writer, bukan berarti ini semua ini harus dikuasai dalam satu waktu kok. Belajarlah sambil jalan, dan aku pun yakin setiap perjalanan karir seseorang pasti beda tantangannya. Ini baru versiku, semoga bermanfaat ya!

About the author

Karen is a literature graduate and seasoned UX writer with 7+ years of experience crafting content for e-commerce across various retail markets. As the first UX writer at Blibli, she played a key role in establishing the company's UX writing foundations. When she’s not refining microcopy, you’ll likely find her deep in a fangirl spiral or endlessly scrolling Twitter (even if she’s not tweeting).