Bekerja di fintech mengajarkan saya betapa spesialisasi bisa memberikan nilai tambah. Di sisi lain, menjadi generalis membuka lebih banyak peluang eksplorasi.
Jan 26, 2025
UX Writing
Career Growth

Prasaja Mukti
Bagi saya, setiap tugas menulis – baik di ranah spesialis maupun generalis – selalu membawa sesuatu yang baru dan menarik.
Kalau kamu harus memilih menjadi writer yang memiliki spesialisasi atau writer yang generalis, lebih memilih yang mana? Karena setidaknya, pertanyaan ‘jadi spesialis atau generalis?’ rajin muncul di beberapa sesi obrolan atau mentoring formal saya pribadi.
Oh ya, salam kenal, saya Prasaja. Saya memulai karir menulis sebagai blogger dan penulis komedi, hingga akhirnya menjadi UX Writer dan Lead UX Writer di perusahaan fintech.
Peluang UX Writer spesialis
Bekerja di fintech mengajarkan saya betapa spesialisasi bisa memberikan nilai tambah. Contohnya, ketika kamu benar-benar memahami terminologi keuangan dan regulasi yang kompleks, posisimu di tim atau perusahaan tempatmu bekerja akan berkembang lebih dari sekadar penulis saja.
Tim produk mulai mengandalkanmu untuk meminta advice lebih dalam di sisi komunikasi, bukan sekadar review copy semata. Dari sisi perusahaan juga akan lebih rela membayar kamu yang punya spesialisasi, tentu dengan catatan kalau kamu juga pandai bernegosiasi.

Namun, spesialisasi punya tantangannya sendiri.
Learning curve-nya sangat curam di beberapa industri dan kamu harus siap mendalami materi yang mungkin asing, dari istilah teknis hingga regulasi yang kompleks. Balik lagi ke ranah fintech misalnya, tidak cukup hanya pandai menulis, tapi juga harus memahami compliance, risk management, dan perilaku keuangan nasabah.
Produk dan layanan yang tersedia di tiap industri tentunya unik dan punya ciri khas, makanya disebut spesialisasi. Saya pribadi selalu merekomendasikan fokus setidaknya 3 tahun terlebih dahulu di industri yang dipilih untuk memahami apa tantangan besar yang tersedia di industri tersebut (khususnya yang bisa kamu tackle lewat kepenulisan).
Peluang UX Writer generalis
Di sisi lain, menjadi generalis membuka lebih banyak peluang eksplorasi. Misalnya, teknik storytelling yang dipelajari dari satu industri seringkali berguna di industri lain. Karena itu, selama 3 tahun pertama di fintech saya tetap mengambil proyek freelance di healthtech, proptech, dan edtech. Pengalaman ini memberikan perspektif segar dan mencegah kebosanan.
Membuka diri terhadap kesempatan baru dengan komitmen yang tidak terlalu dalam (mengambil freelance, pro bono ke project yang dikerjakan kenalan) justru bisa membantumu memantapkan pilihan untuk nantinya ingin menjadi spesialis atau generalis.
Sudah menjalani berbagai role, lalu apa lagi?
Berbicara soal perjalanan karir di UX writing, saya punya pengalaman menarik di 2 jalur yang berbeda: Principal UX Writer yang lebih fokus ke ranah spesialis dan Lead UX Writer yang lebih ke arah managerial. Keduanya punya tantangan dan keseruannya masing-masing.

Sebagai Principal UX Writer, hari-hari saya dipenuhi dengan crafting copy dan mengembangkan strategi konten.
Ini bukan sekadar menulis, tapi benar-benar mendalami produk sampai ke akarnya. Saya harus memahami setiap detail user journey, berkolaborasi intensif dengan product manager dan designer, bahkan kadang terlibat dalam user research untuk memastikan setiap kata yang saya tulis tepat sasaran.
Yang menarik, posisi ini memberikan ruang untuk eksperimen kreatif sambil tetap menjaga konsistensi komunikasi tertulis yang ada dalam produk.
Di sisi lain, fokus saya setelah menjadi Lead UX Writer adalah memastikan seluruh proses kepenulisan berjalan dengan baik.
Meskipun fokus utama Lead UX Writer adalah menciptakan framework dan guidelines yang bisa digunakan tim, sampai memastikan setiap personil punya kesempatan untuk berkembang, posisi ini tetap membutuhkan skill seorang spesialis.
Jadi, kedua peran ini – spesialis dan generalis – sebenarnya saling melengkapi.
Pengalaman sebagai Principal UX Writer membantu saya memahami tantangan yang dihadapi tim ketika harus menulis untuk produk yang kompleks. Sebaliknya, peran manajerial yang generalis mengajarkan saya tentang pentingnya membangun sistem dan proses yang bisa mendukung tim dengan maksimal.

Saya sering bilang ke tim bahwa upskilling itu seperti merawat tanaman karena butuh perhatian konsisten dan kesabaran. Kadang, ini berarti mendorong mereka mengambil proyek yang challenging dan mengatur sesi sharing knowledge internal, atau bahkan menghubungkan mereka dengan mentor/expert lain di industri.
Yang penting adalah menciptakan lingkungan di mana mereka berani belajar dari kesalahan dan mendapat petunjuk untuk terus tumbuh.
Jadi meskipun peran writer yang memiliki spesialisasi dan generalis berbeda, keduanya sama-sama memberikan kesempatan untuk membuat impact.
Mendalami kedua ranah spesialis dan generalis
Setelah membangun expertise sebagai Lead UX Writer di kantor terdahulu, sekarang saya sedang mengambil career break dan mengerjakan beberapa project freelance.
Dari berbagai challenge yang ada di industri, saya berkesempatan untuk mendalami aksesibilitas dan membangun produk sendiri. Menariknya, pengalaman di berbagai industri membantu saya melihat tantangan aksesibilitas dari berbagai sudut.
Contohnya, dalam produk finansial, kita harus mencari padanan kata untuk istilah perbankan yang bisa dipahami semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Dari temuan tersebut, saya harus memastikan bahwa teks juga harus adaptif dan kontekstual saat dibacakan screen reader (pembaca layar).
Daripada memilih antara spesialis atau generalis, kenapa tidak keduanya? Saya menyebutnya "anchored versatility". Dalami satu atau dua area yang menarik, tapi tetap asah skill lain dan jelajahi berbagai jenis penulisan.
Selain spesialisasi di fintech sebagai penulis, saya juga mengusahakan keterampilan teknis seperti coding agar punya keunggulan kompetitif sebagai UX Writer yang paham bagaimana copy bekerja dalam produk app maupun website.
Kalau kamu baru memulai karir sebagai UX Writer, cobalah berbagai hal. Ikuti minatmu, tapi tetap terbuka dengan peluang yang datang. Jika menemukan industri yang menarik, dalami, dan jadilah ahli. Jangan batasi diri, terus belajar, eksplorasi, dan yang terpenting, terus menulis.
Jangan lupa juga untuk sempatkan istirahat kalau sudah penat 🙂
About the author
Prasaja began his writing career in radio before transitioning to digital agencies and startups, and later led the UX writing team at Kredivo Group in fintech. Pras is currently taking a career break while freelancing and exploring technical writing and accessibility to create inclusive digital experiences – blending clarity with creativity. Known for his thick glasses (and mustache) and his love for wordplay.